Selasa, 12 Juni 2012

      Tugas Softskill 2 semester 7

           1. Jelaskan pengertian mitos, legenda dan cerita rakyat !
                                                 
       Mitos menurut pengertian Yunani-Romawi kuno, adalah sebuah cerita yang sebenarnya dikisahkan dengan cara yang dirasa masuk akal. Cerita itu menyangkut pemberitaan soal perbuatan-perbuatan para dewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh dari zaman purba lainnya. Kronologi di dalam cerita tidak jelas. Para penyalur cerita nampaknya kurang memperhatikannya. Pada umumnya mitos hampir tidak dibicarakan di dalam historiografi "ilmiawi" kuno, yang membatasi diri pada masa sejarah yang tidak terlalu jauh. Meskipun demikian historiografi jelas tidak menyangkal, bahwa di dalam tradisi mitos ditemukan sebuah isi yang nyata. Bagi kebudayaan-kebudayaan lain maupun bagi ethnologi, mitos dipandang sebagai cerita yang benar dan sakral dari waktu purba. mitos dijadikan dasar untuk menjelaskan gejala-gejala alam sekitar, sejarah, masyarakat maupun hidup manusia.


            Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite.

           Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Legenda

    Folklor meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya.
            
            Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_rakyat
     
          2. Contoh dari mitos, legenda dan cerita rakyat !
          Mitos :
Ø  Dilarang keluar saat maghrib
Ø  Dilarang berdiri di depan pintu
Ø  Dilarang makan dengan tangan kiri
Ø  Dilarang duduk di atas bantal
Ø  Anak gadis dilarang makan di depan pintu
Ø  Dilarang bersiul di malam hari
Ø  Dilarang tidur saat sore hari
Ø  Dilarang memakai payung di dalam rumah

Legenda :
Ø  Sangkuriang dan terjadinya gunung tangkuban perahu
Ø  Malin kundang
Ø  Si Pitung
Ø  Lutung kasarung
Ø  Legenda ratu pantai selatan

Cerita Rakyat :
Ø  Cerita rakyat batu putri menangis
Ø  Cerita suri ikun dan dua burung
Ø  Dewi sri merupakan dewi padi orang jawa



      3.  Bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan !
Pengetahuan manusia dimulai dari rasa ingin tahu manusia itu sendiri. Rasa ingin tahu ini sudah dimiliki manusia sejak kecil. Banyak cara untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Anak yang belum dapat bertanya senang mencoba-coba hal yang tidak diketahuinya. Sebagai contoh, anak kecil senang memasukan barang-barang ke dalam mulutnya hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Di tahap selanjutnya anak-anak akan banyak bertanya contohnya “itu apa ?”, “ini bagaimana?” itu hal yang lumrah dilewati oleh manusia untuk pengembangan diri. Rasa ingin tahu tersebut akan terpuaskan bila diperoleh pengetahuan yang dia pertanyakan dengan hal yang benar.

Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah dan ilmiah.
Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal sehat, intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran kritis.
1.      Akal sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h.3) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.

2.      Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.

3.      Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.

4.      Penemuan coba-coba
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti akan hal tersebut.

5.      Pikiran Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran yang logis.

Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris. Percobaan ini dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya. Dan dapat diuji kembali oleh siapa saja yang ingin memastikan kebenarannya.

          
          4. Perkembangan Ilmu pengetahuan menjadi berbagai disiplin ilmu !

        Menurut Jujun Suriasumantri, ilmu pengetahuan dewasa ini telah berkembang menjadi sekitar 650 cabang. Di samping sudah ada pemberdayaan antara ilmu-ilmu alam atau natural science dengan ilmu-ilmu sosial, dikenal pula dengan pembedaan ilmu dan ilmu terapan. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, menurut Chalmers, diperkirakan sejak 400 tahun yang lalu, yaitu sejak Copernicus, Galileo, Kepler, dan yang lebih jelas lagi sejak Francis Bacon pada abad ke-15 dan 16 sebagai ahli filsafat ilmu yang mengemukakan perlunya suatu metode dalam mempelajari pengalaman. Bacon menekankan bahwa eksperimen dan observasi yang intensif merupakan landasan perkembangan ilmu.
      Fakta-fakta di atas menunukkan bahwa perkembangan ilmu tidak bisa dilepaskan dari rasa keingintahuan yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh melalui penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi sehingga menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan menemukan penemuan selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi pemacu bagi pesatnya perkembangan ilmu yang melatarbelakangi semakin cepatnya penemuan dalam bidang teknologi yang kadang membuat sebagian orang terlena karenanya sehingga tidak sadar bahwa sebagian ilmu yang disalahgunakan bisa menjadi ancaman serius bagi kehidupan mereka.
         Poin penting yang perlu dicatat di sini adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan moral-spiritual manusianya, karena sebagaimana kita tahu, perkembangan ilmu pengetahuan selain berdampak positif, ia juga berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya adalah semakin mempermudah kehidupan manusia, sementara dampak negatifnya adalah semakin mengancam kehidupan mereka. Oleh karena itu, agar tatanan kehidupan manusia di dunia ini tetap lestari, maka perkembangan ilmu mesti diiringi dengan pengembangan moral-spiritual manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu tanpa pengembangan moral-spiritual bisa menjadi ancaman bagi kehidupan manusia seperti yang bisa kita rasakan akhir-akhir ini yang berupa penyalahgunaan teknologi nuklir. Demikian pula pengembangan moral-spiritual tanpa diiringi perkembangan ilmu bisa menjadikan sebagian manusia kurang kreatif seperti yang terjadi pada orang Kristen pada zaman kegelapan Eropa. Dengan kata lain, antara otak dan hati harus mendapatkan porsi perhatian yang seimbang. Sejarah sudah membuktikannya. Sejarah merupakan disiplin ilmu yang memiliki validitas kebenaran yang tinggi sehingga layak dijadikan bahan untuk mengambil pelajaran. 

MITOS
         Banyak cerita-cerita mitos yang beredar di kalangan masyarakat,contohnya pun beragam tapi kebanyakan mitos yang terjadi di masyarakat adalah mitos yang muncul secara turun temurun dari zaman orang tua kita, kakek dan nenek kita maupun para leluhur. Contohnya ada tiga mitos dari jawa yang masih dipercaya sampai sekarang, diantaranya :

1.      Dilarang memakai payung di dalam rumah.
          Arti dari mitos tersebut ialah karena memakai payung di dalam rumah sama saja mendoakan orang tua si pemakai payung meninggal, tapi dari pandangan logisnya ialah, payung berfungsi sebagai pelindung kita dari terik matahari dan hujan, tetapi posisi kita ada didalam rumah maka fungsi payung itu menjadi tidak ada, karena rumah sudah mengambil fungsi besar melebihi payung.

2.      Anak gadis dilarang makan di depan pintu
          Arti dari mitos tersebut ialah apabila ada seorang anak gadis melakukan hal tersebut maka ia akan jauh dari jodohnya, atau orang yang akan melamarnya mengurungkan niatnya karena ada hal-hal tertentu. Logisnya ialah pintu adalah sebuat tempat orang keluar masuk dalam sebuah ruangan, maka apabila ada yang berdiri atau melakukan kegiatan di depan pintu maka akan menghalangi proses kegiatan yang diharuskan melakukan keluar masuk ruangan.

3.      Dilarang duduk diatas bantal
         Arti mitos tersebut ialah apabila ada yang menduduki sebuah bantal maka bokongnya akan tumbuh bisul. Logisnya, bantal berfungsi untuk menaruh kepala kita saat berbaring, jadi apabila diduduki maka sama saja kita menduduki kepala kita.

         Masih banyak lagi mitos-mitos yang muncul di kalangan masyarakat, tetapi mitos itu tidak hanya dari suku jawa saja, dari suku lain pun mungkin memiliki mitos-mitos yang turun temurun dari para leluhur mereka. Dari sekian banyak mitos yang ada kita dituntut juga untuk berfikir logis dari mitos tersebut dan meyakini maksudnya. Mungkin sebagian besar benar dan ada yang salah, itu semua kembali lagi bagaimana kita menafsirkannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar